Begadang di Muzdalifah atau Mina tanpa alasan yang mendasar bertentangan dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampai di Muzdalifah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat Maghrib dan Isya' secara berjama' ta'khir dengan satu adzan, lalu tidur hingga fajar. Praktik ini tercermin dalam ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam hadits dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu (HR. Muslim).

Petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk tidak begadang setelah shalat Isya', kecuali dalam kondisi tertentu seperti untuk belajar ilmu agama atau kebutuhan lainnya.

Salah satu contohnya adalah sibuk mencari kerikil sebelum waktu shalat Isya' di Muzdalifah. Namun, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencari kerikil di pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah, sebagaimana dalam riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ الْعَقَبَةِ وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ: «هَاتِ، الْقُطْ لِي» فَلَقَطْتُ لَهُ حَصَيَاتٍ هُنَّ حَصَى الْخَذْفِ

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku pada pagi hari sebelum melempar jumrah ‘aqabah, ketika itu beliau berada di atas untanya, ‘Kemarilah, pungutkan (kerikil) untukku.’ Aku pun mengambilkan beberapa kerikil untuk beliau, yaitu kerikil untuk melempar." (HR. An-Nasa’i no. 3057, 3059 dan Ibnu Majah no. 3029, shahih)

Dalam riwayat tersebut, terlihat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencari kerikil di Mina. Meskipun tidak dilarang untuk mengumpulkan batu di Muzdalifah. Namun, pentingnya mengikuti contoh dan panduan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjalankan ibadah, termasuk tidak begadang di Muzdalifah.