Fatwa Ulama: Tidak Sengaja Memakai Celana Ketika Ihram
Di dalam Tanya Jawab Islamqa Nomor 12376
قال الشيخ ابن عثيمين :
إذا فعل شيئاً من محظورات الإحرام ناسياً أو جاهلاً فلا شيء عليه ، ولكن يجب عليه بمجرد ما يزول العذر أن يتخلى عن ذلك المحظور والواجب تذكير الناسي ، وتعليم الجاهل .
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Kalau dia melakukan salah satu larangan ihram karena lupa atau tidak tahu, maka tidak terkena apa-apa. Akan tetapi dikalau uzurnya sudah tidak ada, maka dia harus meninggalkan larangan itu. Dan seharusnya mengingatkan orang yang lupa dan mengjarkan orang yang tidak tahu.
مثال هذا : لو أن رجلاً نسي فلبس ثوباً وهو محرم فلا شيء عليه ، ولكن من حين ما يذكر يجب عليه أن يخلع هذا الثوب ، وكذلك لو نسي فأبقى سرواله عليه ، ثم تذكر بعد أن عقد النيّة ولبى ، فإنه يجب عليه أن يخلع سرواله فوراً ولا شيء عليه ، وكذلك لو كان جاهلاً فإنه لا شيء عليه مثل أن يلبس فنيلة ليس فيها خياطة ، ظناً منه أن المُحَرَّم لبس ما فيه خياطة فإنه لا شيء عليه ، ولكن إذا تبيّن له أن الفنيلة وإن لم يكن بها خياطة فإنها من اللباس الممنوع فإنه يجب عليه أن يخلعها .
Contohnya adalah kalau ada orang lupa memakai pakaian padahal dia dalam kondisi ihram, maka dia tidak terkena apa-apa. Akan tetapi ketika dia ingat, maka dia harus melepaskan pakaian itu. Begitu juga jika dia lupa memakai celana, kemudian dia ingat setelah berniat dan bertalbiyah. Maka dia harus melepas langsung celananya, dan dia tidak terkena apa-apa.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Dalam Masjid Al Jum'at
Begitu juga kalau dia tidak tahu, maka dia tidak terkena apa-apa. Seperti dia memakai kaos yang tidak ada jahitannya, dia menyangka bahwa yang diharamkan adalah memakai sesuatu yang ada jahitannya, maka dia tidak terkena apa-apa. Akan tetapi kalau telah jelas baginya bahwa kaos meskipun tidak berjahit, ia termasuk pakaian yang dilarang. Maka dia harus melepaskannya.
والقاعدة العامة في هذا أن جميع محظورات الإحرام إذا فعلها الإنسان ناسياً أو جاهلاً أو مكرها فلا شيء عليه لقوله تعالى : ( رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ) البقرة /286. فقال الله تعالى : قد فعلت . ولقوله تعالى : ( وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً) الأحزاب /5. ولقوله تعالى في خصوص الصيد ، هو من محظورات الإحرام : ( وَمَنْ قَتَلَهُ مِنْكُمْ مُتَعَمِّداً ) المائدة /95. ولا فرق في ذلك بين أن يكون محظور الإحرام من اللباس ، والطيب ونحوهما ، أو من قتل الصيد وحلق شعر الرأس ونحوهما ، وإن كان بعض العلماء فرّق بين هذا وهذا ، ولكن الصحيح عدم التفريق ، لأن هذا من المحظور الذي يعذر فيه الإنسان بالجهل والنسيان والإكراه .
Kaidah secara umum dalam masalah ini adalah bahwa semua larangan ihram, kalau seseorang melakukannya karena lupa atau tidak tahu atau dipaksa, maka tidak terkena apa-apa. Berdasarkan firman Allah Ta’ala,
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah." (QS. Al-Baqarah: 286). Ketika itu Allah berfirman, "Sungguh telah Aku lakukan (tidak menghukum orang yang lupa)."
Juga berdasarkan firman-Nya,
"Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab: 5)
Juga firman Allah terkait masalah memburu hewan buruan yang termasuk salah satu larangan ihram,
"Dan barangsiapa di antara kamu yang membunuhnya secara sengaja." (QS. Al-Maidah: 95)
Tidak ada perbedaan larangan ihram antara pakaian, wewangian dan semisalnya. Atau orang yang membunuh binatang buruan dan memotong rambut kepala dan semisalnya. Meskipun sebagian ulama membedakan antara yang satu dengan lainnya. Akan tetapi yang kuat tidak ada perbedaan. Karena ini termasuk larangan yang apabila dilakukan seseorang karena ketidaktahuan, lupa dan terpaksa, maka dia dimaafkan.
Kunjungi haramainku.com untuk penjelasan lebih mendalam dan sumber belajar lainnya!