Sejarah Haji dan Umroh dari Zaman Nabi Ibrahim hingga Sekarang

Kategori : Sejarah Islam, Ditulis pada : 02 September 2025, 10:12:12

Sejarah Haji dan Umroh dari Zaman Nabi Ibrahim hingga Sekarang.jpeg

Sejarah Haji dan Umroh dari Zaman Nabi Ibrahim hingga Sekarang

Haji dan umroh telah menjadi ibadah yang populer bagi orang Islam. Ini merupakan serangkaian perjalanan menuju Tanah Suci Mekkah yang menjadi impian hampir setiap Muslim di seluruh dunia. Ibadahnya bukan sekedar aktivitas keagamaan semata, melainkan penuh akan makna. Kendati sangat populer, ternyata tidak sedikit yang belum memahami sejarah haji dan umroh.

Supaya lebih mengenal serta mampu memaknai nilai kedua ibadah tersebut secara utuh, mari kita bahas historisnya. Mulai dari awal mula pelaksanaannya hingga tata cara di era modern seperti sekarang.

Mengulas Sejarah Haji dan Umroh

Jika menilik dari sejarahnya, adanya ibadah haji bermula dari zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sejarah pembangunan Ka'bah sendiri memang identik dengan kisah ayah dan anak itu. Di mana Nabi Ibrahim mendapatkan perintah langsung dari Allah untuk mendirikan Ka'bah. Tepat di tanah Mekkah sebagai rumah ibadah yang suci.

Bersama Nabi Ismail, Ka'bah pun dibangun di tengah gurun yang gersang, atas dasar ketaatan mutlak kepada perintah Allah. Setelah pembangunan selesai, Allah menyerukan kepada Nabi Ibrahim agar mengajak umat manusia melaksanakan ibadah haji.

Tata cara pelaksanaan ibadah tersebut antara lain adalah thawaf (mengelilingi Ka'bah), sa'i antara bukit Shafa dan Marwah, serta wukuf di Arafah. Semuanya kemudian menjadi bagian penting dari rukun haji yang masih umat Muslim jalankan hingga kini.

Masa Pra-Islam

Sejarah haji dan umroh berlanjut ketika memasuki masa pra-Islam. Kala itu, fungsi Ka'bah sebagai tempat pelaksanaan ibadah kepada Allah justru menyimpang. Masyarakat Arab pada masa jahiliyah banyak yang menyembah berhala dan menjadikan Ka'bah sebagai tempat menyimpan patung-patung sesembahan mereka.

Di antara berhala-berhala yang terkenal pada masa itu adalah Al-Latta, Al-Uzza, Manah, dan Hubal. Ka'bah yang semula merupakan simbol tauhid justru berubah menjadi pusat kesyirikan yang jauh dari ajaran Nabi Ibrahim.

Kebangkitan Tauhid

Ketika Nabi Muhammad menjadi rasul, ia datang membawa misi untuk mengembalikan kemurnian ajaran tauhid yang telah lama terkikis. Salah satu misi besar yang ia emban adalah memulihkan kembali fungsi Ka'bah sebagai tempat ibadah kepada Allah semata.

Namun perjuangan tersebut tidaklah mudah. Meskipun telah menerima wahyu dan menjadi Nabi, Muhammad tidak langsung dapat melaksanakan ibadah haji. Hambatan dari kaum Quraisy yang masih menguasai Mekkah membuat perjalanan ibadah ke Ka'bah tidak memungkinkan.

Misalnya saja, pada tahun ke-6 Hijriyah, Muhammad berencana menunaikan ibadah haji bersama 1500 sahabat dari Madinah. Mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa hewan kurban sebagai bentuk kesungguhan menjalankan ibadah.

Lagi-lagi, di Hudaibiyah, rombongan mendapat penolakan oleh kaum kafir Quraisy. Di sinilah terjadi Perjanjian Hudaibiyah yang cukup terkenal dalam sejarah haji dan umroh. Salah satu isinya menyebutkan bahwa kaum Muslimin tidak boleh melaksanakan ibadah haji tahun itu. Namun bisa kembali pada tahun berikutnya dan hanya boleh tinggal di Mekkah selama tiga hari.

Sesuai perjanjian, pada tahun ke-7 Hijriyah, Muhammad kembali ke Mekkah dan berhasil melaksanakan umroh bersama 2000 kaum Muslimin. Ibadah mereka lakukan sebagaimana yang telah Allah perintahkan. Mulai dari thawaf, shalat di maqam Ibrahim, meminum air Zam-Zam, sa'i antara Shafa dan Marwah, hingga tahallul.

Fathu Makkah dan Pemulihan Fungsi Ka'bah

Puncak perubahan besar terjadi pada tahun ke-8 Hijriyah, ketika umat Islam berhasil menaklukkan kota Mekkah dalam peristiwa Fathu Makkah. Seluruh berhala yang ada di sekitar Ka'bah pasukan hancurkan. Sehingga akhirnya Ka'bah kembali difungsikan sebagai rumah ibadah bagi umat Islam.

Berikutnya, pada tahun ke-9 Hijriyah, Muhammad menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai Amirul Hajj. Tugasnya memimpin kaum Muslimin melaksanakan ibadah haji. Saat itu, Nabi tidak ikut serta karena masih terikat dengan perjanjian Hudaibiyah.

Barulah pada tahun ke-10 Hijriyah, Muhammad melaksanakan ibadah haji untuk pertama dan terakhir kalinya. Haji ini populer dengan sebutan Haji Wada' atau haji perpisahan. Karena merupakan kesempatan terakhir Rasulullah menyampaikan pesan-pesan penting kepada umatnya.

Dalam khutbahnya, Nabi menegaskan prinsip-prinsip keadilan, persaudaraan, dan ketakwaan, yang hingga kini menjadi pedoman utama umat Islam.

Haji dan Umroh di Era Modern

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, ibadah haji dan umroh terus dilestarikan oleh para khalifah serta umat Islam seluruh dunia.

Pelaksanaannya pun menjadi lebih mudah. Apalagi dengan adanya dukungan transportasi modern, fasilitas penginapan super nyaman, serta layanan biro perjalanan resmi. Semuanya mampu membantu memfasilitasi jamaah dalam menunaikan ibadah secara aman sekaligus khusyuk.

Salah satu biro perjalanan yang telah berpengalaman dan terpercaya dalam penyelenggaraan haji maupun umroh adalah HaramainKU. Dengan layanan profesional, pembimbing berkompeten, dan fasilitas terbaik, HaramainKU siap membantu mewujudkan impian ibadah ke Tanah Suci dengan sesuai syariat.

Ingin merasakan perjalanan spiritual seperti yang telah dicontohkan dalam sejarah haji dan umroh dari para nabi? Percayakan saja kepada HaramainKU! Biro perjalanan haji dan umroh terbaik untuk umat Islam se-Indonesia.

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id