Mengenal Lebih Dalam Masjid Qiblatain
Masjid Al-Qiblatain, yang berarti "masjid dua kiblat," adalah salah satu masjid terkenal di Madinah yang sering dikunjungi oleh para jama'ah haji dan umroh. Awalnya, masjid ini dikenal sebagai Masjid Bani Salimah karena dibangun di permukiman Bani Salimah.
Saat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada di Mekah, beliau melaksanakan sholat menghadap Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsho) sekaligus menghadap kiblat. Nabi sholat dengan menghadap ke utara, yang sekaligus mengarah ke kiblat.
Ibnu Ábbas meriwayatkan,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَهُوَ بِمَكَّةَ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، وَالْكَعْبَةُ بَيْنَ يَدَيْهِ
"Rasulullah shallallahu álaihi wasllam ketika di Mekah sholat menghadap Baitul Maqdis sementara Ka’bah di hadapan beliau" (HR Ahmad no 2991 dengan sanad yang shahih)
Namun, setelah Nabi berhijrah ke Madinah, hal tersebut tidak lagi memungkinkan karena Baitul Maqdis berada di arah utara Madinah, sedangkan Ka'bah berada di arah selatan Madinah. Akhirnya, Nabi sholat menghadap Baitul Maqdis selama sekitar 16 atau 17 bulan. Setelah itu, Allah memerintahkan perubahan kiblat menghadap Ka'bah. Allah ta'ala berfirman,
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 144)
Telah diriwayatkan bahwa ketika turun ayat mengenai perubahan kiblat, perubahan tersebut juga dilakukan di masjid-masjid di Madinah, termasuk Masjid Nabawi, Masjid Quba, dan Masjid Bani Salimah. Menurut Ibnu Hajar, masjid yang pertama kali mengalami perubahan kiblat adalah Masjid Bani Salimah, saat Nabi sedang melaksanakan sholat Dzuhur di sana. Setelah itu, Nabi melaksanakan sholat Ashar di Masjid Nabawi dengan menghadap Ka'bah. Penduduk Quba yang berada di Masjid Quba baru mengetahui perubahan tersebut keesokan harinya saat mereka melaksanakan sholat Subuh. (Fathul Baari 1/97)
Ibnu Hajar berkata,
وَالتَّحْقِيقُ أَنَّ أَوَّلَ صَلَاةٍ صَلَّاهَا فِي بَنِي سَلِمَةَ لَمَّا مَاتَ بِشْرُ بْنُ الْبَرَاءِ بْنِ مَعْرُورٍ الظُّهْرُ وَأَوَّلُ صَلَاةٍ صَلَّاهَا بِالْمَسْجِدِ النَّبَوِيِّ الْعَصْر وَأما الصُّبْح فَهُوَ من حَدِيث ابن عُمَرَ بِأَهْلِ قُبَاءٍ
"Yang benar bahwasanya sholat yang pertama kali dilakukan oleh Nabi shallallahu álaihi wasallam (tatkala datang perintah merubah kiblat) di Bani Salimah ketika Bisyr bin al-Baroo’ bin Ma’ruur wafat adalah sholat dzhuhur. Dan sholat pertama yang Nabi kerjakan di Masjid Nabawi adalah sholat ashar. Adapun sholat subuh maka berdasarkan hadits Ibnu Umar yaitu di Masjid Quba." (Fathul Baari 1/97)
Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada tanggal 30 Robiul Awal 1408 H (21 November 1987), Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi, dan pembangunan konstruksi baru tanpa menghilangkan ciri khas masjid tersebut. Kini, bangunan Masjid Qiblatain memiliki dua mihrab yang menonjol, menghadap Makkah dan Palestina, yang umumnya digunakan oleh imam salat. Setelah direnovasi oleh pemerintah Arab Saudi, hanya mihrab yang menghadap Ka'bah yang menjadi fokus, sedangkan mihrab yang menghadap Yerusalem, Palestina, diminimalisir dan dijadikan pengingat sejarah. Kubah utama menunjukkan arah kiblat yang benar, sementara kubah kedua yang lebih kecil hanya sebagai penanda sejarah.