Penting untuk dipahami bahwa bagi mereka yang menunaikan ibadah haji dengan manasik tamattu’ atau qiron, memiliki tanggung jawab untuk melakukan hadyu (sembelihan hewan yang dihadiahkan di tanah suci Mekkah). Di sisi lain, saat tiba Hari Raya Idul Adha, disunnahkan bagi umat muslim, termasuk jama’ah haji, untuk berqurban (menyembelih hewan udhiyah). Pertanyaannya, apakah bagi jama’ah haji melakukan keduanya, atau hanya salah satunya? Apakah ibadah haji juga harus disertai dengan berqurban?

Menurut penjelasan Ibnu Hazm rahimahullah, berqurban atau menyembelih hewan udhiyah disunnahkan bagi jama’ah haji, sama seperti bagi individu yang tidak sedang berhaji. Tidak ada perbedaan dalam hal ini, dan perbuatan ini dianjurkan untuk laki-laki maupun perempuan. (Al Muhalla, 7: 375)

Fakta ini didukung oleh riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berqurban untuk istri-istrinya selama perjalanan haji.

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – دَخَلَ عَلَيْهَا وَحَاضَتْ بِسَرِفَ ، قَبْلَ أَنْ تَدْخُلَ مَكَّةَ وَهْىَ تَبْكِى فَقَالَ « مَا لَكِ أَنَفِسْتِ » . قَالَتْ نَعَمْ . قَالَ « إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ ، فَاقْضِى مَا يَقْضِى الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِى بِالْبَيْتِ » . فَلَمَّا كُنَّا بِمِنًى أُتِيتُ بِلَحْمِ بَقَرٍ ، فَقُلْتُ مَا هَذَا قَالُوا ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ أَزْوَاجِهِ بِالْبَقَرِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha (ia berkata), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui ‘Aisyah di Sarif sebelum masuk Mekkah dan ketika itu ‘Aisyah sedang menangis. Beliau pun bersabda, "Apakah engkau haidh?" "Iya", jawab ‘Aisyah. Beliau bersabda, "Ini adalah ketetapan Allah bagi para wanita. Tunaikanlah manasik sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang berhaji selain dari thawaf di Ka’bah." Tatkala kami di Mina, kami didatangkan daging sapi. Aku pun berkata, "Apa ini?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan udhiyah (berqurban) atas nama dirinya dan istri-istrinya dengan sapi."(HR. Bukhari no. 5548)

Syaikh Dr. ‘Abdullah As Sulmiy, Dosen Ma’had ‘Ali lil Qodho di Riyadh KSA ditanya, "Apa hukum menggabungkan antara hadyu dan udhiyah (qurban)?"

Beliau -semoga Allah menjaga dan memberkahi umur beliau- berkata,

"Yang kita bahas pertama, apakah udhiyah (qurban) dianjurkan (disunnahkan) untuk jama’ah haji. Para ulama Hanafiyah, Malikiyah dan dipilih oleh Ibnu Taimiyah bahwasanya hal itu tidak dianjurkan (disunnahkan). Sedangkan ulama Syafi’iyah, Hambali dan juga Ibnu Hazm berpendapat tetap disunnahkannya udhiyah (qurban) bagi jama’ah haji. Pendapat terakhir inilah yang lebih kuat. Karena udhiyah itu umum, untuk orang yang berhaji maupun yang tidak berhaji. Dan ada hadits yang menunjukkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu berqurban (menunaikan udhiyah) padahal beliau sedang berhaji. Seperti riwayat Daruquthni, namun asalnya dalam shahih Muslim yaitu dari hadits Tsauban …. Ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban saat haji dan waktu lainnya."

Lalu bagaimana mengenai larangan mencukur bagi shohibul qurban, apa berlaku juga untuk jama’ah haji yang juga berqurban di negerinya?

Syaikh Dr. Abdullah As Sulmi mengatakan bahwa larangan tersebut tetap berlaku bagi jama’ah haji yang berqurban. Namun setelah tahallul awal mereka boleh memotong kuku dan mencukur rambut meski qurbannya belum disembelih. Karena mencukur saat tahallul itu perintah dan untuk shohibul qurban tadi adalah larangan. Berdasarkan kaedah, perintah didahulukan dari larangan.

Sumber fatwa: [http://www.youtube.com/watch?v=F-Oy26wROk0]